Keadilan sosial bagi seluruh rakyat yang good looking


2022 udah bulan kedua ajaa, tetap semangat walaupun gini-gini aja hehe. Seneng seneng aja sih soalnya gak begitu berani coba hal baru. Kalian setuju nggak sih lebih baik pandai di 1 bidang tapi bener-bener paham daripada bisa di semua bidang tapi ya cuman biasa biasa ajaa cuman ngerti basicnya doang. Atau kalian lebih suka pilihan ke 2 yaa?? :3 ya emang sih dengan belajar hal baru kita jadi lebih punya banyak referensi, jadi lebih nyambung gituu kalo diajak omong sama orang yang beda sama keilmuan kita.  Masing- masing lah yaa, ada orang yang pingin di zona nyaman mereka tapi ada juga yang pingin berpetualang cari adrenalin dengan keluar dari zona nyamannya mereka. Ngomongin soal keluar dari zona nyaman, tentunya nggak  sesimple itu dengan bermodalkan nekat kayak kata-kata motivator kebanyakan. Kalo kata aku sih kita tetep butuh planning dan juga safety network. Dalam artian kalo kita gagal itu nggak bangkrut-bangkrut banget. Sesuatu yang bisa jadi safety net ini bisa aja berupa orang tua yang kaya (yang nantinya bisa ngasih suntikan dana kalo misalnya plan A gagal), support dari lingkungan dan keluarga jadi kalo misalnya plan A gagal mental mu nggak ambyar-ambyar banget karena masih dapet support, atau mungkin bisa sekedar punya fisik yang good looking hehe. Tentunya safety network ini nggak semua orang punya yaa, itu sebabnya semua tadi bisa disebut privilege juga.

Dari beberapa hal tadi kayaknya lebih asik kalo kita bahas yang good looking deh, soalnya lagi rame nih di bahas di sosmed. Sosmed udah bukan jadi barang langka buat manusia di era ini. Dalam bersosial media sangat mungkin bagi kita buat mbandingin diri sama orang di sosmed, baik berupa fisik, ekonomi maupun sosial. Dalam permasalahan fisik, masyarakat yang sering mengagung-agungkan orang yang sesuai dengan standar kecantikan dengan celetukan “Jadi good looking itu enak yaa, semuanya jadi gampang soalnya dapet banyak support.” Misalnya pas Jefri Nichol tersandung kasus narkoba semua orang memberi support dengan memvalidasi perasaanya, memaklumi perilakunya dikarenakan ada latar belakang kenapa doi mengunakan narkoba. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan respon yang di dapatkan sama Seorang Stand Up Comedian Coki Pardede, atau penyanyi Andika miss yu band. Sebaliknya doi justru dihujat habis-habisan sama netizen. Nggak adil kan ??

Didalam suatu masyarakat pasti ada yang namanya ketidaksetaraan, dan hal yang mendasari ini datang dari berbagai aspek misalnya status ekonomi, sosial, ras, gender dan bahkan agama tertentu. Akhirnya dalam dinamika sosial yang seperti ini ada beberapa orang yang mendapat keistimewaan hanya karena doi punya kuasa lebih di aspek tertentu. Dan kalo ada orang yang merasa diuntungkan dalam suatu sistem pastinya ada juga orang yang merasa dirugikan atau diopresi. Privilege umumnya diartikan sebagai manfaat diterima orang-orang yang punya lebih banyak kekuasaan dalam masyarakat berdasarkan status atau karakteristik tertentu.

Apa sih yang mendasari seseorang ketika menilai apakah orang ini menarik atau nggak. Menurut aku ini konsep yang abstrak banget, kan penampilan itu relatif dan subjektif. Dengan anggapan seperti ini lumayan mempersulit bagi aku pribadi buat tau gimana cara orang menilai ketertarikan tersebut?

Dalam hal ini beauty standart berperan besar dalam menilai apakah orang tersebut menarik atau nggak. Nggak lupa stereotip gender juga berpegaruh terhadap ketertarikan seseorang, misalnya laki laki itu harus maskulin dan perempuan itu harusnya feminim.

Didalam berbagai aspek orang yang good looking bakal dianggep lebih bisa, lebih percaya diri, punya personality yang lebih bagus, lebih gampang cari kerja dan of course lebih gampang cari pasangan. Ini bisa jadi bener soalnya orang yang good looking cenderung diperlakukan baik sama orang sekitar sejak mereka bocil, makannya mereka bisa tumbuh baik dengan punya banyak support.

Pengaruh beauty privilege ini lebih besar dampaknya buat perempuan, soalnya perempuan masih sering diobjektifikasi. Dalam dunia kerja perempuan yang cantik bakal lebih sering di-plotting-in di garis terdepan sebagai daya tarik, contohnya jadi resepsionis, seles, bahkan cuman disuruh nampang aja pas meeting sama client biar cepet di ACC-nya. Miris kan??

Tapi ternyata privilege ini juga punya dampak negatif loh, contohnya orang ini bakal dapet ekspektasi yang lebih gede dari masyarakat, terus ketika mereka menemui sebuah masalah mereka dilarang buat ngeluh seolah-olah masih banyak orang yang nggak punya kesempatan se-gede doi. Kasus ini kejadian sama seorang artis perempuan yang akhir-akhir ini kena kasus narkoba. Doi ngaku cobain narkoba karena ngrasa depresi. Tapi tanggapan yang diberikan netizen justru nasehat. Doi harus bersyukur soalnya punya banyak privilege yaitu cantik, kaya, dan berbakat.

Sebenernya manusia itu bisa ngerasain banyak hal dalam satu momment. Seneng bisa, sedih bisa, cepek bisa, bersyukur juga bisa. Manusia nggak se-saklek itu kok buat ngerasain sesuatu. Manusia itu kompleks. Jadi kalo ada yang ngeluh, belum tentu dia nggak bersyukur. Tapi kalo doi ngelakuin kesalahan ya tetep harus dihukum tapi apa salahnya mem-validasi perasaan orang lain? btw ini berlaku ke semua orang yaa, nggak ke yang good looking doang :3

Lanjutt....

Beauty privilege juga bikin pandangan negatif terhadap diri seseorang, hal ini digambarkan di beberapa tayangan kalo ketika doi ngerasa nggak sesuai sama standart kecantikan doi bakal dibully. Jadi seumur hidup perempuan bakal terus dihantui sama narasi kalo fisik itu poin utama dalam dirinya, fisiknya adalah investasi masa depan dan sebagainya. Hal ini menyebabkan perempuan lebih kritis terhadap fisik mereka dan lebih sering membanding-bandingkan diri. Dan gara-gara itu jadi mempertegas wacana kalo perempuan cuma fokus sama penampilan fisik aja. Terutama perempuan good looking bakal dianggep nggak bisa ngelakuin apa-apa kecuali cuman mempedulikan penampilannya aja. Nah ini yang terjadi sama perempuan yang disuruh nampang doang di depan client. Padahal sebenarnya dia mungkin punya potensi yang besar. Atau proposal di ACC client karena doi punya keterampilan komunikasi yang bagus. Jadi nggak melulu tentang penampilannya dia doang.

Stereotip ini akhirnya mempengaruhi aspek karir pada perempuan. Perempuan cantik yang bekerja di tempat yang dominan laki-laki sering banget diremehin dan nggak dianggep serius gara-gara wajah dan penampilannya. Doi akhirnya harus bekerja lebih keras buat membuktikan kompetensinya. Doi pingin mbuktiin kalo doi lebih dari sekedar penampilannya aja. Argumen beauty privilege ini nggak bisa dipakai buat mengesampingkan kerja keras orang good looking ini lakukan, karena being privileged is not a choice, but how you use your privilege is always a choice.

Punya beauty privilege nggak harus nolak apa yang dia miliki, karena itu adalah hadiah dari Tuhan. Alesan aku ngasih pengertian ini ya karena kita nggak bisa milih mau dilahirin dengan wajah kek gimana (sama halnya kayak kita gabisa milih kita besar di keluarga yg broken atau nggak :3 of course everything gonna be easier if your parents not divorce, but we can't choose) Asalkan nggak sombong, ngrasa lebih baik dari orang lain karena kecantikan atau ketampanannya, dan bahkan ngrasa superior bisa ngelakuin apapun. Semua standar ini cuman soal waktu dan tempat, yang artinya semua ini adalah hal-hal yang nggak baku. Semua ini Fana guys... Semua privilege ini asalnya adalah dari cara pola pikir kita dan lingkungan sosial yang membentuk. Cara ngubaahnya pun tentu dengan ngerubah pola pikir kita buat menghargai perbedaan dan bangga atas apa yang kita punya.

_bye                         

0 Comments