Skincare Khusus Laki-laki, apa bedanya?

Iya iya udah tahun baru, nggak usah ditanyain resolusi deh.

Tahun baruan pada ngapain nih? Kalo aku tidur dan kebetulan banget malah salah bantal, berakhir nggak bisa tengok kiri. Aku nulis iki karo sambat aduh-aduh.

Di rumah aja, di rumah terus. Rebahan dan Gedget adalah jalan ninjaku.

Btw kemarin lagi iseng liat2 beranda youtube dan tertarik banget lihat video yang judulnya “Rahasia laki-laki”. Apakah laki-laki se-misterius itu ya?

      Nah di video itu beberapa laki-laki pokoknya membacakan rahasia laki-laki lainnya. Sampai akhir video kesimpulannya masih banyak laki-laki di luar sana yang di-ekspektasikan lebih oleh society, melebihi kapasitas yang dia punya. Contohnya kayak gaboleh nangis, cowok harus kuat, harus bisa berantem, gaboleh pakai benda yang warnanya pink, dimarahin ketika ketahuan pakai lipstik. Sebenernya istilah ini sudah cukup umum di masyarakat, Toxic Masculinity.

      Studi yang berkaitan dengan identitas dilakukan oleh Dasgupta (dalam Tirtana 2005) mengenai wacana maskulin yang dibangun melalui interaksi antara laki-laki dengan sesama ataupun dengan lawan jenisnya. Sehingga hasil dari proses interaksi tersebut menghasilkan sesuatu yang akan memunculkan suatu kesadaran diri tentang wacana gender yang kemudian berpengaruh pada perilaku individu.

Kesimpulannya makna identitas diri itu berasal dari hasil interaksi. Interaksi ini nanti berbuntut panjang dan akhirnya bisa mempengaruhi cara bersikap dan memaknai dari proses interaksi itu sendiri. Hadeeeehhh ngemeng apa sih jeng??

Anyway, Kondisi seperti ini akhirnya dimanfaatkan sama produsen kosmetik dengan menciptakan produk kosmetik khusus laki-laki agar mudah diakses oleh konsumen berjenis kelamin laki-laki.

Even those appointed by capitalism to privileged positions are vulnerable to industrial society’s lurches from one mode of being to the next (Seabrook, 2008).

Pokoknya kapitalis itu punya posisi strategis banget deh manfaatin peluang dalam masyarakat ditengah stigma yang sudah banyak ditanamkan pada laki-laki.

Kalian pasti paham kan yang aku omongin dari tadi??

Yaaa Produk yang ber-label “MEN”.

Q : Kok bisa ada produk kosmetik berlabel MEN? awalnya gimana?       

Dari dulu produsen kosmetik itu bikin produk kecantikan ya untuk dikonsumsi perempuan yang ingin cantik. Sebenernya menurutku ini cuman persepsi publik aja -_- dimana di-iklan yang pakai produk itu ya perempuan, kenapa dipilih perempuan? Karena perempuan diangap sebagai pembeli potensial. Udah itu aja kok alesannya, jadi produk yang ngiklanin perempuan belum tentu khusus untuk perempuan coy -_-

Q : Berarti softex…

Aku bilang “belum tentu” berarti nggak semuanya yaa kampret.        

Kembali ke laptop.

Semangat kapitalisme ini kayak bikin para elit kapitalis ini jadi tambah rakus, pingin dapet kelebihan terus menerus, makanya dibuatlah produk yang fokus pada konsumen berjenis kelamin laki-laki dengan memanfaatkan konstruksi maskulinitas laki-laki yang berkembang di society, pokoknya para kapitalis ini memproduksi kosmetik khusus laki-laki dengan jargon maskulinitas. “PAKAILAH PRODUK INI SUPAYA ANDA BISA TETAP GOOD LOOKING TAPI TIDAK KE-CEWEK2-AN” HAHAHAHA

Apalagi keyataan bahwa produk yang dilabeli “KHUSUS” malah harganya cenderung lebih mahal. Kalian para laki-laki juga harus pinter-pinter ya.

Q : Apakah kulit laki-laki dan perempuan benar-benar berbeda sehingga membutuhkan produk khusus untuk sesimple shampoo dan facial foam?

Jujur aku sendiri pun juga kadang sengaja pakai produk for men and nothing happen, facial foam contohnya. Katanya kulit laki-laki lebih tebal, lebih berminyak, lebih berjerawat dll. Kalo itu bener, kan facial foam sendiri sudah di formulasikan sesuai jenis kulit yaa, kalo merasa kulitnya berminyak ya tinggal pakai produk for oily skin. Entah biar expertnya yg jawab, berhubung aku bukan expert jadi diem baee.

Aku sendiri udah agak eneg, soalnya setiap belanja bulanan ibu harus pusing2 masukin facial foam kemasan biasa sama yg for men ke keranjang, dimana itu harus ngeluarin uang lebih Cuma buat facial foam khusus.

Q : Apakah ini semakin memperkuat isu toxic masculinity di masyarakat?

BIG YYYYYY

_Bye_

1 Comments

  1. asyik juga tulisanya mbak ajeng. heuehueh
    boleh lah mampir ke alanhendratna.com

    BalasHapus